Selasa, 10 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK TANAMAN


PENGUJIAN TANAH UNTUK PERTANAMAN JERUK MENGGUNAKAN PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering)



Oleh : Kelompok A/1
Fitri Andriani                        (131510501003)
Ela Febiana S.                       (131510501008)
Sandi Abdillah Wahid          (131510501017)
Dwi Novita Sari                     (131510501019)
Ahzanu Lailiyah                    (131510501025)
Ahmad Irvan B.                    (131510501027)




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Rekomendasi pemupukan berimbang harus berdasarkan penilaian status hara yang berada di dalam tanah serta kebutuhan tanaman terhadap suatu unsur hara agar pemupukan dapat efektif dan efisien. Pemupukan yang berimbang tidak harus memberikan semua unsur hara makro maupun unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, akan tetapi memberikan unsur hara tertentu yang jumlah atau keberadaannya di tanah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia bagi tanaman akan dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih apa bila status hara dalam tanah sudah sangat tinggi.
Penerapan pemupukan yang berimbang berdasarkan uji tanah memerlukan data analisis tanah. Disisi lain daya jangkau (aksesibilatas) pengguna, penyuluh dan petani kurang melakukan analisis menggunakan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu: (1) biaya analisis yang dibutuhkan cukup mahal, (2) laboratorium uji tanah disekitar wilayah pertanian masyarakat luas masih sangat terbatas, (3) sosialisasi yang belum menyeluruh. Oleh sebab itu maka, rekomendasi pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh bagian wilayah Indonesia sedangkan pada setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, balai penelitian tanah telah membuat satu perangkat alat bantu untuk menentukan kandungan (status) hara tanah yang dapat dikerjakan di lapangan yang disertai dengan rekomendasi pemupukannya. Alat bantu yang digunakan yaitu perangkat uji Tanah sawah (PUTS). Penggunaan PUTS mampu membantu petani untuk meningkatkan ketepatan pemberian dosis pupuk N, P, K untuk tanaman jeruk dengan menghasilkan produksi yang tinggi.
Perangkat uji tanah sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengaanalisis kadar hara dalalm tanah. Alat tersebut dapat digunakan dilapangan dengan cara yang relative lebih cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS dirancang untuk mengukur kadar N, P, dan K dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, K tanah dengan PUTS dikategorikan menjadi 3 kelas status hara yang mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu, status rendah (R) , sedang (S), dan tinggi (T). PUTS merupakan alat penyederhana yang digunakan untuk menganalisis tanah secara sederhana tanpa dilakukan di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah.
Prinsip kerja yang digunakan PUTK atau PUTS yaitu dapat mengukur hara N, P, dan K yang tersedia dalam tanah dan terdapat dalam bentuk yang telah tersedia untuk tanaman secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Bentuk hara yang tersedia saat diuji akan menggambarkan adanya suatu indeks ketersediaan hara yang terdapat didalam larutan tanah dan dapat dengan mudah diambil atau diserap oleh tanaman. Bentuk hara inilah yang diukur di laboratorium maupun PUTK. Kadar hara dalam tanah ditentukan dengan cara mengekstrak hara yang tersedia dari tanah dan kemudian mengukur kadar hara yang terekstrak. Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji coba tanah pada umumnya terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit warna. Bentuk hara yang dapat diekstrak dengan PUTK untuk nitrogen adalah N-NO3- dan N-NH4+, untuk fosfat bentuk orthophosphate yaitu PO43-, HPO42-, dan H2PO4- dan untuk kalium adalah K+.
Secara umum PUTK dapat digunakan untuk penilaian status tanah dengan cepat. Tanah yang mempunyai kandungan hara N, P, K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah yang subur sehingga upaya untuk menjaga produktivitas lahannya lebih ringan dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki status hara rendah. Manfaat penggunaan PUTK yaitu dapat digunakan untuk pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K tanah agar dapat lebih tepat dan efisien sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk  akan diberikan untuk masing – masing kelas status hara tanah berbeda sesuai dengan kebutuhan hara pada setiap tanaman.

1.2 Tujuan
1.    Mahasiswa mampum mengetahuui cara pengambilan sampel tanah
2.    Mahasiswa mampu mengetahui kadar keharaan dalam tanah pada tanaman (tanaman jeruk).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu lapisan atas permukaan bumi yang terdiri atas campuran dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk. Akibat pengaruh cuaca tersebut sehingga jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk dan mineral-mineralnya terurai sehingga kemudian membentuk tanah yang subur (Saridevi, 2013). Sedangkan menurut Waluyaningsih dalam tolaka (2013), Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi cukup penting dalam kelangsungan hidup mahluk hidup serta sebagai suatu tempat atau ekosistem mahlluk hidup itu sendiri. Penurunan fungsi tanah dapat menyebabkan terganggunya ekosistem di sekitar termasuk juga mikroorganisme dalam tanah dan manusia.
 Tanah pada lingkungan yang berbeda memiliki sifat fisik, biologi maupaun kimia yang berbeda. Keadaan fisik tanah yang cukup baik umumnya dapat memperbaiki lingkungan untuk perakaran tanaman dan secara tidak langsung memudahkan penyerapan unsur hara sehingga relatif menguntungkan bagi proses pertumbuhan tanaman (Arifin, 2010). Beberapa tanaman hortikultura memiliki sifat yang berbeda-beda misalkan pada tanaman jeruk. Jeruk merupakan tanaman yang dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dan lahan, mulai dari tanah kering dan tanah sawah hingga pada lahan tergenang. Jenis tanah yang dapat digunakan untu budidaya jeruk yaitu tanah andosol dan latosol. Tanah yang cocok untuk tanaman jeruk merupakan tanah dengan tekstur gembur berpasir hingga lempung berliat serta cukup humus, dengan tata air yang baik dan udara yang baik. Derajad keasaman tanah optimal yang cocok untuk tanaman jeruk yaitu 5,5-6,5. Pada musim kemarau dengan kedalaman 150 cm dan pada musim hujan dengan kedalaman tanah 50 cm  (Naharsari. N. D., 2007).
Menurut Sri dan Suci (2003), menyatakan bahwa beberapa penelitian melakukan uji tanah dengan menggunakan metode sampling perlakuan antara sistem pertanian organik dan anorganik. Pengambilan dua contoh tanah tersebut di ambil dari 2 lokasi yang berbeda untuk mewakili tanah sistem pertanian organik dan 4 contoh tanah diambil dari 4 lokasi yang berbeda mewakili sistem pertanian anorganik. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman lapis olah 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara sifat kimia tanah (KPK, pH H2O, P tersedia, K tersedia, N total, kandungan karbon, asam humat dan sulfat) antara tanah dengan sistem pertanian organik dan non organik yang menunjukkan nilai lebih baik pada sistem pertanian organik.
Tanah mengandung fosfor (P) organik dan an-organik, unsur P dalam tanah ketersediaannya (availability) bagi tanaman rendah karena dapa terikat dengan liat, bahan organik, oksida Fe, Al, pada tanah dengan pH rendah. Unsur P sangat berperan penting bagi tanaman sintesa protein, pembentukan bunga, buah dan biji. Sedangkan pada Kalium (K) dalam tanah didapat dari mineral tanah dan bahan organik tanaman. Unsur K bersifat mobile  sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau terbawa arus air saat hujan. Kalium berfungsi sebagai pengendali dalam proses metabolisme fisiologis dan sel, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian kapur pada tanah dapat mengatasi kemasaman pada tanah, karena dapat meningkatkan pH tanah sehingga aktivitasnya Al3+ menurun. Misalnya CaCO3 (kaptan), kapur tohor, dan dolomit yang digunakan sesuai dengan kebutuhan lahan (Setyorini, et al. 2011).
Bahan organik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah namun juga memperbaiki sifat fisik pada tanah. Bahan – bahan organik melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata pada gerakan dan pencucian hara Asam Sulfat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Prasetyo dan Suriadikarta, 2009). Salah satu parameter yang digunakan sebagai penentu kandungan bahan organik tanah adalah C-Organik atau karbon organik. Dimana kandungan C-Organik sangat berpengaruh pada penentuan sifat kimia tanah.
Reaksi tanah (nilai pH) dapat berpengaruh terhadap penyediaan unsur hara dalam tanah untuk tanaman (Nugroho, 2009). Pada reaksi tanah masam tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro seperti P, K, Ca, dan Mg. Ketersedian hara-hara makro tersebut dalam jumlah yang sedikit menimbulkan kekahatan unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman akanmenjadi sakit atau kekurangan nutrisi, sebaliknya apabila unsure hara Fe, Al, dan Mn yang tersedia dalam tanah dalam jumlah yang banyak, maka akan dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman. Menurut Supangat (2013), Kenaikan umur tanaman tidak secara jelas mempengaruhi kenaikan pH tanah, namun lapisan tanah dalam (15-30 cm) menunjukkan pH yang lebih tinggi dibandingkan pada lapisan atasnya.

BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Klinik Tanaman dengan acara Perangkat Uji Tanah Kering dilaksanakan pada hari Selasa, 28 April 2015, praktikum dilaksanakan di Agroteknopark Unej, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Bor tanah (auger) atau bisa dengan cangkul, sekop, dan pisau,
2. Plastik tempat sampel,
3. Koran bekas,
4. Sendok.

3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah.
2. Perangkat uji tanah kering (PUTK)

3.3 Cara Kerja
A. Cara pengambilan contoh tanah
1. Mengambil contoh tanah komposit sebelum tanam atau menjelang pengolahan tanah, sekali dalam satu tahun.
2. Menentukan cara pengambilan contoh tanah tunggal dengan salah satu dari 4 cara, yaitu diagonal, zig zag, sistematik, dan cara acak.
3. Menyisihkan sisa sisa rumput, batu batuan atau kerikil, sisa sisa tanaman atau bahan organik segar/seresah yang terdapat dipermukaan tanah.
4. Mengambil contoh tanah yang kondisinya tidak terlalu basah.
5. Mengambil contoh tanah dengan menggunakan bor tanah, cangkul atau sekop dari tanah lapisan olah 0 – 20 cm.
6. Mengambil contoh tanah dengan cangkul dan sekop yang sama banyak (kedalaman dan ketebalannya) antara satu titik dengan titik lainnya, misalnya sekitar setengah kg dari masing masing titik.
7. Mengaduk dan mencampur secara merata contoh tanah dari masing masing individu kedalam ember plastic, jika ada sisa tanaman, akar atau kerikil dibuang.
8. Mengambil kurang lebih ½ kg contoh tanah yang telah dicampur secara merata dan disimpan pada plastic bening dan diberi keterangan lokasi, waktu dan pengambilan contoh.
9. Menguji contoh tanah yang siap dianalisis.

B. Penetapan status P tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 3 ml pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai homogeny dengan pemgaduk kaca,
3. Menambahkan kurang lebih 10 butir atau seujung spatula pereaksi P-2 (dibutuhkan hanya dalan jumlah sedikit sekali), lalu dikocok selama 1 menit,
4. Mendiamkan kurang lebih selama 10 menit,
5. Membandingkan warna yang muncul dari larutan jernih di atas permukaan tanah dengan bagan warna P-tanah.

C. Penetapan status K tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml K1  diaduk sampai homogen diamkan kira kira 5 menit sampai larutan jernih,
3. Menambahkan 2 tetes pereaksi K2 kocok diamkan sebentar kira kira 5 menit,
4. Menambahkan 2 ml K3 secara perlahan lahan melalui dinding tabung biarkan sebentar lalu amati endapan putih yang berbentuk antara larutan K3 dengan dibawahnya.

D. Penetapan pH tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai homogeny dengan pengaduk kaca,
3. Menambahkan 1 – 2 tetes indikator warna pereaksi pH-2 ,
4. Mendiamkan larutan selama kurang lebih 10 menit hingga suspense mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,
5. Membandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna pH tanah,

E. Penetapan C-organik tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 1 ml pereaksi C-1, kemudian diaduk sampai homogen dengan pengaduk kaca,
3. Menambahkan 3 tetes pereaksi C-2 (jangan diaduk),
4. Mengamati ketinggian busa setelah 10 menit,
Kriteria:
1.      Bila ketinggian busa ≤ 2 cm yang dibaca pada tanda garis tabng reaksi 2 ml, maka C-organik tanah tersebut tergolong rendah.
2.      Dan bila tinggi busa ≥ 2 cm yang dibaca pada tanda garis tabung reaksi 2 ml, maka C-organik tanah tersebut tergolong sedang sampai tinggi.


F. Penetapan kapur tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai homogeny dengan pengaduk kaca,
3. Menambahkan 1 – 2 tetes indikator warna pereaksi pH-2 ,
4. Mendiamkan larutan selama kurang lebih 10 menit hingga suspense mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,
5. Membandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna pH tanah,
6. Menentukan kebutuhan kapur, tambahkan pereaksi kebutuhan kapur tetes demi tetes sampai muncul warna hijau (pH 6 – 7). Hitung jumlah tetes pereaksi kebutuhan kapur yang ditambahkan. Jumlah tetes yang diperoleh menunjukkan jumlah kapur yang akan ditambahkan sesuai yang tertera pada tabel kebutuhan kapur. 


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel hasil pengujian uji tanah
No
Gambar
Keterangan
1.
pH tanah


Kandungan pH pada tanah pertanaman jeruk dengan pengujian indikator warna pH menunjukkan hasil indikator warna agak orange pada bagan warna pH tanah dengan kategori 5-6 (agak masam), pada tanah tersebut kandungan hara makro dan mikro cukup tersedia.


2.
phospor
Kandungan P pada tanah pertanaman jeruk yang telah diuji menunjukkan status P sedang sehingga pada bagan warna tersebut dapat dimasukkan pada bagan warna non-andisol dengan indikator warna biru muda.
3.

Kalium
K dalam tanah berfungsi untuk proses fisiolagi dan metabolisme sel, serta dapat menigkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Dari hasil praktikum penentuan kadar K dalam tanah, diperoleh hasil status tanah sedang hal tersebut diketahui dari terbentuknya sedikit endapan putih yang menyerupai dalam larutan uji tanah tersebut.

4.
      

Kapur
Dari pengujian pH, untuk menentukan dan mengetahui kebutuhan kapur pada tanah dengan cara memberi indikator warna pereaksi kebutuhan kepur hingga larutan tanah berubah menjadi warna hijau. Dari percobaan tersebut, tanah pertanaman jeruk hanya membutuhkan satu tetes pereaksi kebutuhan kapur yang ditambahkan pada larutan tanah. Apabila pereaksi kebutuhan kapur < 4 maka kebutuhan kapurnya lebih sedikit dibandingkan dengan pereaksi kebutuhan kapur > 8. Maka dapat disimpulkan bahwa tanah pertanaman jeruk tersebut dalam keadaan agak masam.
5.
C-Organik
C-organik yang terkandung dalam tanah pertanaman jeruk pada uji PUTK yang dilakukan menunjukkan bahwa status C-organik pada tanah tersebut rendah dengan tinggi busa < 2 cm dengan rekomendasi 2 t/ha. Kadar C-organik dalam tanah biasanya identik dengan tingkat kesuburan tanah mineral, sebab kadar C-organik tanah memiliki korelasi yang positif dengan kadar N tanah dengan nilai korelasi mencapai 80%.

4.2 Pembahasan
Penentuan kebutuhan pupuk pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain analisis tanah. Analisis tanah banyak digunakan sebagai alat manajemen pemupukan pada tanaman semusim (Liferdi, 2009). Pengujian tanah merupakan suatu cara yanng dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan hara yang ada dalam tanah. Pengujian tanah biasanya digunakan untuk mengetahui kadar unsur hara makro seperti P dan K, kemasaman atau pH tanah, kandungan kapur dalam tanah serta kandungan bahan organik dalam dalam tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah sawah. Selain itu, pengujian tanah tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah agar dalam proses pengolahan dan pemberian pupuknya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman serta sesuai dengan keadaan dan kadar hara tanah yang akan diberikan pupuk tersebut.
Dalam pengujian tanah yang dilakukan pada praktikum kali ini, kelompok satu menguji tanah sawah untuk pertanaman jeruk dengan kedalaman solum 20 cm, yang bertempat di ATP (Agroteknopark Unej). Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar hara dalam tanah pertanaman jeruk agar dapat diketahui seberapa besar kadar hara yang terkandung dalam tanah tersebut sehingga dapat melakukan rekomendasi untuk pengolahan tanah dan tanah yang sesuai untuk pertanaman jeruk sehingga hasil dari produktivitas tanaman jeruk dapat meningkat dan berkualitas, serta dapat meminimalisir terserangnya hama penyakit tanaman pada tanaman jeruk.
Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan atau tanaman tahunan yang dapat tumbuh pada suhu antara 130-350 C dan dengan curah hujan ± 1.000 - 3.000 mm/thn. Tanah yang cocok untuk tanaman jeruk itu sendiri yaitu pada tanah dengan kisaran pH 5-8 dan dengan kedalam solum yang cukup dalam atau pada kedalaman <100 cm. Karakteristik sifat fisika tanah yang baik untuk tempat sentra produksi jeruk umumnya adalah tanah yang memiliki porositas dan drainase yang cukup baik, kemantapan struktur agregat sangat berkorelasi dengan kandungan bahan organik tanah sehingga bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat penting di dalam perbaikan tanah yang meliputi sifat fisika, kimia maupun biologi tanah. Untuk proses pembentukan atau dalam memperbaiki sifat fisik tanah, bahan organik dapat berperan dalam proses pembentukan dan dalam mempertahankan kestabilan struktur tanah, berdrainase baik sehingga mudah untuk memegang air banyak. Kemampuan air dapat memegang air yang cukup banyak tersebut dapat membuat tanah tersebut tidak mudah memadat akibat rusaknya struktur tanah, selain itu juga dapat menambah ketersediaan kandungan hara dalam tanah. Bahan organik juga berfungsi sebagai penyedia sumber energi bagi aktivitas mikroorganisme sehingga meningkatkan kegiatan organisme dalam tanah, baik unsur mikro maupun makro di dalam tanah (Fiana, 2015)
Perbaikan tanah dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan sifat-sifat kimia, fisika maupun sifat biologi terhadap tanahanya agar tanah tersebut memiliki kemampuan lebih besar dalam mendukung produksi tanaman. Pemberian bahan organik serta pupuk anorganik terhadap tanah merupakan salah satu cara agar ketiga sifat tanah tersebut dapat diperbaiki secara simultan. Menurut Naharsari (2007), Tanah yang cocok untuk ditanami tanaman jeruk merupakan tanah yang bertekstur gembur berpasir hingga lempung berliat serta cukup humus, dengan tata air yang baik dan udara yang baik. Derajad keasaman tanah yang cocok adalah 5,5-6,5 untuk optimal. Pada musim kemarau dengan kedalaman 150 cm dan pada musim hujan dengan kedalaman tanah 50 cm.
Dari hasil pengujian yang kami lakukan pH pada tanah pertanaman jeruk tersebut agak masam dengan pH 5-6. Berdasarkan hasil yang di dapatkan bahwa pH tersebut cocok untuk di tanami oleh tanaman jeruk karena berdasarkan jurnal diatas memang sudah sesuai. Selain itu juga, tidak perlu adanya rekomendasi untuk perbaikan pH, karena pH pada tanah jeruk yang sudah di analisa, hasilnya sudah sesuai dengan kecocokan pertumbuhan serta perkembangan pada tanaman jeruk tersebut. akan tetapi untuk jenis tanah pada pertanaman jeruk tersebut butuh diolah atau diperbaiki sebab tekstur dari tanah yang di ambil sebagai sample dengan kedalama solum 20 cm, tanah tersebut lebih bertekstur liat atau lempung sehingga dalam menyerap air rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Naharsari (2007), tanah yang cocok yaitu tanah dengan tekstur gembur berpasir hingga lempung berliat serta cukup humus. Untuk tinggi rendahnya pH dalam tanah juga berpengaruh terhadap seberapa besar kebutuhan kapur yang harus di tambahkan dalam tanah, pada pengujian tanah tersebut untuk rekomendasi kebutuhan kapur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk hingga pH menjadi netral yaitu kira-kira sekitar ≤ 1.000 kg/ha dengan jumlah tetes waktu pengujian sebanyak satu tetes untuk menjadi netral, sebab pada pengujian pH tanah warnanya orange.
Pada rekomendasi pemupukan P bahwa hasil analisa yang dihasilkan menyebutkan status hara P pada tanah jeruk dengan kedalaman solum 20 cm menghasilkan bagan warna non andisol dan status unsur P sedang. Unsur hara P yang berada dalam tanah liat umumnya rendah sebab terikat dengan tekstur tanah yang liat, bahan organik, oksida Fe, Al dan pada tanah dengan pH rendah. Hal tersebut sesuai dengan pengujian C-organik dalam tanah yang menunjukkan bahwa status C-organik pada tanah tersebut rendah dengan tinggi busa < 2 cm dengan rekomendasi 2t/ha. Ketersediaan C-organik dalam tanah juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya unsur hara P dalam tanah.  Ketersedian unsur hara P yang cukup dalam tanah dan sesuai dengan kebutuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap tanaman dalam proses untuk mensintesa protein serta dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Selain berpengaruh terhadap ketersediaan hara P, C-organik juga berpengaruh terhadap pH tanah. Pada pH yang rendah ketersedian hara makro sehingga dapat menyebabkan kekahatan unsur hara bagi tanaman.
Penentuan kadar K dalam tanah pada praktikum kali ini dapat dilihat bahwa pada status K yang tersedia dalam tanah dalam kondisi sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari pengujian yang dilakukan dengan adanya endapan putih yang menyerupai kabut pada larutan tanah dengan jumlah yang sedikit. Untuk rekomendasi pemupukan K dalam bentuk KCL kira-kira 75-100 kg KCL/ha. Ketersedian unsur hara K dalam tanah biasanya dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik dan mineral tanah. K merupakan unsur hara yang mobile sehingga mudah tercuci oleh arus pergerakan air sehinggan untuk efisiensi pupuk K dalam tanah biasanya rendah.
Untuk rekomendasi pada tanah yang cocok untuk pertanaman jeruk yang ada di agroteknopark unej dengan kedalaman solum 20 cm perlu penambahan bahan organik dan sedikit penambahan kapur. Penambahan bahan organik dalam tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan kesuburan tanah, dilihat dari hasil uji PUTK kandungan C-organiknya rendah sedangkan umumnya carbon dalam bahan organik ± 58%, hal tersebut berpengaaruh terhadap siklus N dalam tanah. Untuk dosis pemupukan P dan K yang sesuai dengan keadaan atau kondisi tanah untuk pertanaman jeruk tersebut harus berdasarkan pada kondisi tanah atau kandungan K dalam tanah. Untuk rekomendasi pupu SP-36 berdasarkan ketersediaan P dalam tanah, dosis pupuk yang harus diberikan pada tanah pertanaman jeruk dalam kisaran 150-175 kg/ha.untuk pemberian pupuk K dalam bentuk KCL yang sesuai dengan kebutuhan tanah pada tanah pertanaman jeruk yaitu pada kisaran dosis 75-100 kg KCL/ha sebab kandungan atau kadar K dalam tanahnya sedang.






















BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji tanah yang dilakukan, diperolah hasil bahwa kadar hara yang terkandung dalam tanah untuk pertanaman jeruk sesuai dengan pengamatan yang dilakukan :
1.        Kondisi pH pada tanah pertanaman jeruk agak asam (4-5)
2.        Kebutuhan kapurnya sedikit, sebab dalam pengujian hanya membutuhkan satu tetes untuk menetralkan pH pada tanah tersebut
3.        Kandungan C-organik tanahnya rendah
4.        Status hara P dan K sedang
Sehingga rekomendasi untuk tanah pertanaman jeruk tersebut perlu untuk di tambahkan sedikit kapur dan bahan organik untuk meningkatkan hasil produktivitas dari tanaman jeruk itu sendiri. Selain itu juga untuk memperbaiki kondisi tanah untuk tanah pertanaman jeruk yang ada di agroteknopark unej. 

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2010. Kajian Sifatfisiktanahdan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Pertanian Mapeta, 12 (2) : 111.

Fiana, Y., D.N. Purwantiningdyah, dan M. Rizal. 2015. Kajian teknologi pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk keprok Borneo Prima di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Masy Biodiv Indon, 1(2): 320-322.

Liferdi. 2009. Analisis jaringan daun sebagai alat untuk menentukan status hara fosfor pada tanaman manggis. Hort. 19(3) : hal 334

Naharsari. N. D., 2007. Bercocok Tanam Jeruk. Jakarta : Azka Mulia Media.

Nugroho, Yusanto, 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi Rencana Hutan Tanaman Industri P.T Prima Multibuwana. Hutan Tropis Borneo. 10(27) : 222-229.

Prasetyo, B.H dan Suriadikarta D.A., 2009. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Litbang Pertanian. 25(2) : 39-44.

Saridevi, G. A. A. R., I. W. D. Atmaja, Dan I. Made Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Di Tanah Andisol, Inceptisol, Dan Vertisol, Agroekoteknologi Tropika, 2(4) : 1-2.

Setyorini. D., Nurjaya., Widowati. L. R., Kasno. A., 2011. Perangkat Uji Tanah Kering. Bogor : Agro Inovasi.

Sri N. H dan Suci. H (2003), Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Ilmu Pertanian. 10 (2) : 63-69.

Supangat A.B., Supriono H., S. Putu., dan Poedjirahardjoe. E, 2013. Status Kesuburan Tanah Dibawah Tegakan Evcalyptus Pellita F. Muell : Studi Kasus di HPHTI P.T Arara Abadi, Riau. Manusia dan Lingkungan. 20 (1) : 22-34.

Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer, Agroforestri Dan Kebun Kakao Di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso, Warta Rimba, 1(1) : 1-2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar