LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK
TANAMAN
PENGUJIAN
TANAH UNTUK PERTANAMAN JERUK MENGGUNAKAN PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering)
Oleh : Kelompok A/1
Fitri Andriani (131510501003)
Ela Febiana S. (131510501008)
Sandi Abdillah Wahid (131510501017)
Dwi Novita Sari (131510501019)
Ahzanu Lailiyah (131510501025)
Ahmad Irvan B. (131510501027)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rekomendasi
pemupukan berimbang harus berdasarkan
penilaian status hara yang berada di
dalam tanah serta kebutuhan tanaman
terhadap suatu unsur hara agar pemupukan dapat efektif dan efisien.
Pemupukan yang berimbang tidak harus memberikan semua unsur hara makro maupun unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, akan tetapi memberikan
unsur hara tertentu yang jumlah atau keberadaannya di tanah tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Penambahan hara yang
sudah cukup tersedia bagi tanaman
akan
dapat menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih apa bila status hara dalam tanah sudah sangat
tinggi.
Penerapan
pemupukan yang berimbang berdasarkan uji tanah memerlukan data analisis tanah.
Disisi lain daya jangkau (aksesibilatas) pengguna, penyuluh dan petani kurang melakukan analisis menggunakan PUTK (Perangkat
Uji Tanah Kering) disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya yaitu: (1) biaya analisis
yang dibutuhkan cukup
mahal, (2) laboratorium uji tanah disekitar wilayah pertanian masyarakat luas masih sangat
terbatas, (3) sosialisasi yang belum menyeluruh. Oleh sebab itu maka, rekomendasi pupuk
untuk padi sawah masih bersifat umum
dan
seragam untuk seluruh bagian wilayah Indonesia sedangkan pada setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut, balai penelitian tanah telah membuat
satu perangkat alat bantu untuk menentukan kandungan (status) hara tanah yang
dapat dikerjakan di lapangan yang
disertai dengan rekomendasi pemupukannya. Alat bantu yang
digunakan yaitu perangkat uji Tanah sawah (PUTS). Penggunaan PUTS mampu
membantu petani untuk
meningkatkan ketepatan pemberian dosis pupuk N, P, K untuk tanaman jeruk dengan
menghasilkan produksi yang tinggi.
Perangkat uji tanah
sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mengaanalisis kadar hara dalalm tanah. Alat tersebut dapat
digunakan dilapangan dengan cara yang relative lebih cepat, mudah, murah dan
cukup akurat. PUTS dirancang untuk mengukur kadar N, P, dan K dan pH tanah.
Hasil pengukuran kadar hara N, P, K tanah dengan PUTS dikategorikan menjadi 3
kelas status hara yang mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu, status
rendah (R) , sedang (S), dan tinggi (T). PUTS merupakan alat penyederhana yang
digunakan untuk menganalisis tanah secara sederhana tanpa dilakukan di
laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah.
Prinsip kerja
yang digunakan PUTK atau PUTS
yaitu dapat mengukur hara N, P, dan K yang tersedia dalam tanah dan terdapat
dalam bentuk yang telah tersedia untuk tanaman secara semi kuantitatif dengan
metode kolorimetri (pewarnaan). Bentuk hara yang tersedia saat diuji akan menggambarkan
adanya suatu indeks ketersediaan hara yang terdapat didalam larutan tanah dan
dapat dengan mudah diambil atau diserap oleh tanaman. Bentuk hara inilah yang
diukur di laboratorium maupun PUTK. Kadar hara dalam tanah ditentukan dengan
cara mengekstrak hara yang tersedia dari tanah dan kemudian mengukur kadar hara yang
terekstrak. Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam
alat uji coba tanah pada umumnya terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit
warna. Bentuk hara yang dapat diekstrak dengan PUTK untuk nitrogen adalah
N-NO3- dan N-NH4+, untuk fosfat bentuk orthophosphate yaitu PO43-, HPO42-, dan
H2PO4- dan untuk kalium adalah K+.
Secara umum PUTK
dapat digunakan untuk penilaian status tanah dengan cepat. Tanah yang mempunyai kandungan
hara N, P, K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah
yang subur sehingga upaya untuk menjaga
produktivitas lahannya lebih ringan dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki status hara rendah.
Manfaat penggunaan PUTK yaitu dapat
digunakan untuk pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K tanah agar dapat lebih tepat dan
efisien sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk akan
diberikan untuk masing – masing kelas status hara tanah berbeda sesuai dengan kebutuhan hara pada setiap
tanaman.
1.2 Tujuan
1.
Mahasiswa
mampum mengetahuui cara pengambilan sampel tanah
2.
Mahasiswa
mampu mengetahui kadar keharaan dalam tanah pada tanaman (tanaman jeruk).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu lapisan atas permukaan bumi yang terdiri atas campuran dari pelapukan
batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk. Akibat
pengaruh cuaca tersebut sehingga jasad makhluk
hidup tadi menjadi lapuk dan
mineral-mineralnya terurai sehingga
kemudian membentuk tanah yang subur (Saridevi, 2013). Sedangkan menurut Waluyaningsih dalam tolaka (2013), Tanah
merupakan salah satu sumber
daya alam yang memiliki fungsi cukup penting
dalam kelangsungan hidup mahluk hidup
serta sebagai suatu tempat atau ekosistem mahlluk hidup itu sendiri.
Penurunan fungsi tanah dapat menyebabkan terganggunya ekosistem di sekitar
termasuk juga mikroorganisme dalam tanah dan
manusia.
Tanah pada
lingkungan yang berbeda memiliki sifat fisik, biologi
maupaun kimia yang berbeda. Keadaan fisik tanah yang cukup baik umumnya dapat memperbaiki lingkungan
untuk perakaran tanaman dan secara tidak langsung memudahkan penyerapan unsur
hara sehingga relatif menguntungkan bagi
proses pertumbuhan tanaman (Arifin, 2010). Beberapa tanaman hortikultura
memiliki sifat yang berbeda-beda misalkan
pada tanaman jeruk. Jeruk merupakan tanaman yang dapat ditanam pada
berbagai jenis tanah dan lahan, mulai dari tanah
kering dan tanah sawah hingga pada lahan tergenang. Jenis tanah
yang dapat digunakan untu budidaya jeruk yaitu tanah
andosol dan latosol. Tanah yang cocok untuk tanaman jeruk merupakan tanah dengan tekstur gembur
berpasir hingga lempung berliat serta cukup
humus, dengan tata air yang baik dan udara yang baik. Derajad keasaman tanah optimal yang cocok untuk tanaman jeruk yaitu
5,5-6,5. Pada musim kemarau dengan kedalaman 150 cm dan pada musim hujan dengan
kedalaman tanah 50 cm (Naharsari. N. D.,
2007).
Menurut Sri dan Suci (2003), menyatakan bahwa beberapa penelitian melakukan uji tanah dengan menggunakan
metode sampling perlakuan antara sistem pertanian organik dan anorganik. Pengambilan dua contoh tanah tersebut di ambil dari 2 lokasi yang
berbeda untuk mewakili tanah sistem pertanian organik dan 4 contoh tanah
diambil dari 4 lokasi yang berbeda mewakili sistem pertanian anorganik. Pengambilan contoh
tanah dilakukan pada kedalaman lapis olah 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya perbedaan antara sifat kimia tanah (KPK, pH H2O, P tersedia, K
tersedia, N total, kandungan karbon, asam humat dan sulfat) antara tanah dengan sistem pertanian organik
dan non organik yang menunjukkan nilai lebih baik pada
sistem pertanian organik.
Tanah mengandung fosfor (P)
organik dan an-organik, unsur P dalam tanah ketersediaannya (availability) bagi tanaman rendah karena dapa terikat dengan liat, bahan
organik, oksida Fe, Al, pada tanah dengan pH rendah. Unsur P sangat berperan
penting bagi tanaman sintesa protein, pembentukan bunga, buah dan biji.
Sedangkan pada Kalium (K) dalam tanah didapat dari mineral tanah dan bahan
organik tanaman. Unsur K bersifat mobile sehingga mudah hilang melalui proses pencucian
atau terbawa arus air saat hujan. Kalium
berfungsi sebagai pengendali dalam proses metabolisme fisiologis dan sel,
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian kapur pada tanah dapat
mengatasi kemasaman pada tanah, karena dapat meningkatkan pH tanah sehingga
aktivitasnya Al3+ menurun. Misalnya CaCO3 (kaptan), kapur tohor, dan
dolomit yang digunakan sesuai dengan kebutuhan lahan (Setyorini, et al. 2011).
Bahan organik tidak hanya
meningkatkan kesuburan tanah namun juga memperbaiki sifat fisik pada tanah.
Bahan – bahan organik melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata pada
gerakan dan pencucian hara Asam Sulfat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar
dan jumlah ion yang tercuci (Prasetyo dan Suriadikarta, 2009). Salah satu
parameter yang digunakan sebagai penentu kandungan bahan organik tanah adalah
C-Organik atau karbon organik. Dimana kandungan C-Organik sangat berpengaruh
pada penentuan sifat kimia tanah.
Reaksi
tanah (nilai pH) dapat berpengaruh terhadap penyediaan unsur hara dalam tanah untuk tanaman (Nugroho, 2009). Pada reaksi tanah masam
tersebut dapat mempengaruhi
ketersediaan unsur hara makro
seperti P, K, Ca, dan Mg.
Ketersedian hara-hara makro tersebut dalam jumlah yang sedikit
menimbulkan kekahatan unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman akanmenjadi sakit atau kekurangan nutrisi,
sebaliknya apabila unsure hara Fe, Al, dan Mn yang tersedia dalam tanah dalam jumlah yang
banyak, maka akan dapat
menyebabkan keracunan bagi tanaman.
Menurut Supangat (2013), Kenaikan umur tanaman tidak secara jelas
mempengaruhi kenaikan pH tanah, namun lapisan tanah dalam (15-30 cm)
menunjukkan pH yang lebih tinggi dibandingkan pada lapisan atasnya.
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Klinik Tanaman dengan acara Perangkat Uji Tanah Kering dilaksanakan pada
hari Selasa, 28 April 2015, praktikum dilaksanakan di Agroteknopark Unej,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Bor tanah (auger) atau bisa dengan cangkul, sekop,
dan pisau,
2. Plastik tempat sampel,
3. Koran bekas,
4. Sendok.
3.2.2 Bahan
1. Sampel tanah.
2.
Perangkat uji tanah kering (PUTK)
3.3 Cara Kerja
A. Cara pengambilan contoh tanah
1. Mengambil contoh tanah komposit sebelum tanam atau menjelang
pengolahan tanah, sekali dalam satu tahun.
2. Menentukan cara pengambilan contoh tanah tunggal dengan salah satu
dari 4 cara, yaitu diagonal, zig zag, sistematik, dan cara acak.
3. Menyisihkan sisa sisa rumput, batu batuan atau kerikil, sisa sisa
tanaman atau bahan organik segar/seresah yang terdapat dipermukaan tanah.
4. Mengambil contoh tanah yang kondisinya tidak terlalu basah.
5. Mengambil contoh tanah dengan menggunakan bor tanah, cangkul atau
sekop dari tanah lapisan olah 0 – 20 cm.
6. Mengambil contoh tanah dengan cangkul dan sekop yang sama banyak
(kedalaman dan ketebalannya) antara satu titik dengan titik lainnya, misalnya
sekitar setengah kg dari masing masing titik.
7. Mengaduk dan mencampur secara merata contoh tanah dari masing masing
individu kedalam ember plastic, jika ada sisa tanaman, akar atau kerikil
dibuang.
8. Mengambil kurang lebih ½ kg contoh tanah yang telah dicampur secara
merata dan disimpan pada plastic bening dan diberi keterangan lokasi, waktu dan
pengambilan contoh.
9. Menguji contoh tanah yang siap dianalisis.
B. Penetapan status P tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang
tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 3 ml pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai homogeny dengan
pemgaduk kaca,
3. Menambahkan kurang lebih 10 butir atau seujung spatula pereaksi P-2
(dibutuhkan hanya dalan jumlah sedikit sekali), lalu dikocok selama 1 menit,
4. Mendiamkan kurang lebih selama 10 menit,
5. Membandingkan warna yang muncul dari larutan jernih di atas permukaan
tanah dengan bagan warna P-tanah.
C. Penetapan status K tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang
tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml K1 diaduk
sampai homogen diamkan kira kira 5 menit sampai larutan jernih,
3. Menambahkan 2 tetes pereaksi K2 kocok diamkan sebentar kira kira 5
menit,
4. Menambahkan 2 ml K3 secara perlahan lahan melalui dinding tabung
biarkan sebentar lalu amati endapan putih yang berbentuk antara larutan K3
dengan dibawahnya.
D. Penetapan pH tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang
tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai homogeny
dengan pengaduk kaca,
3. Menambahkan 1 – 2 tetes indikator warna pereaksi pH-2 ,
4. Mendiamkan larutan selama kurang lebih 10 menit hingga suspense
mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,
5. Membandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan
tanah dengan bagan warna pH tanah,
E. Penetapan C-organik tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang
tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 1 ml pereaksi C-1, kemudian diaduk sampai homogen dengan
pengaduk kaca,
3. Menambahkan 3 tetes pereaksi C-2 (jangan diaduk),
4. Mengamati ketinggian busa setelah 10 menit,
Kriteria:
1.
Bila ketinggian busa ≤ 2 cm yang dibaca pada tanda
garis tabng reaksi 2 ml, maka C-organik tanah tersebut tergolong rendah.
2.
Dan bila tinggi busa ≥ 2 cm yang dibaca pada tanda
garis tabung reaksi 2 ml, maka C-organik tanah tersebut tergolong sedang sampai
tinggi.
F. Penetapan kapur
tanah
1. Mengambil contoh tanah siap uji sebanyak ½ sendok spatula dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, atau jumlah tanah sebanyak 0,5 ml sesuai yang
tertera pada tabung reaksi,
2. Menambahkan 4 ml pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai homogeny
dengan pengaduk kaca,
3. Menambahkan 1 – 2 tetes indikator warna pereaksi pH-2 ,
4. Mendiamkan larutan selama kurang lebih 10 menit hingga suspense
mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,
5. Membandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan
tanah dengan bagan warna pH tanah,
6. Menentukan kebutuhan kapur, tambahkan pereaksi kebutuhan kapur tetes
demi tetes sampai muncul warna hijau (pH 6 – 7). Hitung jumlah tetes pereaksi
kebutuhan kapur yang ditambahkan. Jumlah tetes yang diperoleh menunjukkan
jumlah kapur yang akan ditambahkan sesuai yang tertera pada tabel kebutuhan
kapur.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tabel hasil pengujian uji
tanah
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
![]() |
Kandungan pH pada tanah pertanaman jeruk dengan
pengujian indikator warna pH menunjukkan hasil indikator warna agak orange
pada bagan warna pH tanah dengan kategori 5-6 (agak masam), pada tanah
tersebut kandungan hara makro dan mikro cukup tersedia.
|
2.
|
![]() |
Kandungan P pada tanah pertanaman
jeruk yang telah diuji menunjukkan status P sedang sehingga pada bagan warna
tersebut dapat dimasukkan pada bagan warna non-andisol dengan indikator warna
biru muda.
|
3.
|
![]() |
K dalam tanah berfungsi untuk
proses fisiolagi dan metabolisme sel, serta dapat menigkatkan daya tahan
tanaman terhadap penyakit. Dari hasil praktikum penentuan kadar K dalam
tanah, diperoleh hasil status tanah sedang hal tersebut diketahui dari
terbentuknya sedikit endapan putih yang menyerupai dalam larutan uji tanah
tersebut.
|
4.
|
![]() ![]()
Kapur
|
Dari pengujian pH, untuk
menentukan dan mengetahui kebutuhan kapur pada tanah dengan cara memberi
indikator warna pereaksi kebutuhan kepur hingga larutan tanah berubah menjadi
warna hijau. Dari percobaan tersebut, tanah pertanaman jeruk hanya
membutuhkan satu tetes pereaksi kebutuhan kapur yang ditambahkan pada larutan
tanah. Apabila pereaksi kebutuhan kapur < 4 maka kebutuhan kapurnya lebih
sedikit dibandingkan dengan pereaksi kebutuhan kapur > 8. Maka dapat
disimpulkan bahwa tanah pertanaman jeruk tersebut dalam keadaan agak masam.
|
5.
|
![]() |
C-organik yang terkandung dalam
tanah pertanaman jeruk pada uji PUTK yang dilakukan menunjukkan bahwa status
C-organik pada tanah tersebut rendah dengan tinggi busa < 2 cm dengan
rekomendasi 2 t/ha. Kadar C-organik dalam tanah biasanya identik dengan
tingkat kesuburan tanah mineral, sebab kadar C-organik tanah memiliki
korelasi yang positif dengan kadar N tanah dengan nilai korelasi mencapai 80%.
|
4.2
Pembahasan
Penentuan
kebutuhan pupuk pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara
lain analisis tanah. Analisis tanah banyak digunakan sebagai alat manajemen
pemupukan pada tanaman semusim (Liferdi, 2009). Pengujian tanah merupakan suatu
cara yanng dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan hara yang ada dalam
tanah. Pengujian tanah biasanya digunakan untuk mengetahui kadar unsur hara
makro seperti P dan K, kemasaman atau pH tanah, kandungan kapur dalam tanah
serta kandungan bahan organik dalam dalam tanah dengan menggunakan perangkat
uji tanah sawah. Selain itu, pengujian tanah tersebut dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah agar dalam proses pengolahan dan pemberian
pupuknya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman serta sesuai dengan
keadaan dan kadar hara tanah yang akan diberikan pupuk tersebut.
Dalam pengujian
tanah yang dilakukan pada praktikum kali ini, kelompok satu menguji tanah sawah
untuk pertanaman jeruk dengan kedalaman solum 20 cm, yang bertempat di ATP
(Agroteknopark Unej). Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar hara
dalam tanah pertanaman jeruk agar dapat diketahui seberapa besar kadar hara
yang terkandung dalam tanah tersebut sehingga dapat melakukan rekomendasi untuk
pengolahan tanah dan tanah yang sesuai untuk pertanaman jeruk sehingga hasil
dari produktivitas tanaman jeruk dapat meningkat dan berkualitas, serta dapat
meminimalisir terserangnya hama penyakit tanaman pada tanaman jeruk.
Jeruk merupakan
salah satu komoditi buah-buahan atau tanaman tahunan yang dapat tumbuh pada
suhu antara 130-350 C dan dengan curah hujan ± 1.000 -
3.000 mm/thn. Tanah yang cocok untuk tanaman jeruk itu sendiri yaitu pada tanah dengan kisaran pH 5-8
dan dengan kedalam solum yang cukup dalam atau pada kedalaman <100 cm. Karakteristik
sifat fisika tanah yang baik untuk tempat sentra produksi jeruk umumnya adalah
tanah yang memiliki porositas dan drainase yang cukup baik, kemantapan struktur
agregat sangat berkorelasi dengan kandungan bahan organik tanah sehingga bahan organik tanah
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
di dalam perbaikan tanah yang
meliputi sifat fisika, kimia maupun biologi tanah. Untuk proses pembentukan
atau dalam memperbaiki sifat fisik tanah, bahan organik dapat berperan dalam proses pembentukan
dan dalam mempertahankan
kestabilan struktur tanah, berdrainase baik sehingga mudah untuk memegang air
banyak. Kemampuan air dapat memegang air yang cukup banyak tersebut dapat membuat
tanah tersebut tidak mudah memadat akibat rusaknya struktur tanah, selain itu
juga dapat menambah ketersediaan kandungan hara dalam tanah. Bahan organik juga
berfungsi sebagai penyedia sumber energi bagi aktivitas mikroorganisme sehingga
meningkatkan kegiatan organisme dalam tanah, baik unsur mikro maupun makro di
dalam tanah (Fiana, 2015)
Perbaikan tanah
dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan sifat-sifat kimia, fisika maupun
sifat biologi terhadap tanahanya agar tanah tersebut memiliki kemampuan lebih
besar dalam mendukung produksi tanaman. Pemberian bahan organik serta pupuk
anorganik terhadap tanah merupakan salah satu cara agar ketiga sifat tanah
tersebut dapat diperbaiki secara simultan. Menurut Naharsari (2007), Tanah
yang cocok untuk ditanami tanaman jeruk merupakan tanah yang bertekstur gembur
berpasir hingga lempung berliat serta cukup humus, dengan tata air yang baik
dan udara yang baik. Derajad keasaman tanah yang cocok adalah 5,5-6,5 untuk
optimal. Pada musim kemarau dengan kedalaman 150 cm dan pada musim hujan dengan
kedalaman tanah 50 cm.
Dari hasil
pengujian yang kami lakukan pH pada tanah pertanaman jeruk tersebut agak masam
dengan pH 5-6. Berdasarkan hasil yang di dapatkan bahwa pH tersebut cocok untuk
di tanami oleh tanaman jeruk karena berdasarkan jurnal diatas memang sudah
sesuai. Selain itu juga, tidak perlu adanya rekomendasi untuk perbaikan pH,
karena pH pada tanah jeruk yang sudah di analisa, hasilnya sudah sesuai dengan
kecocokan pertumbuhan serta perkembangan pada tanaman jeruk tersebut. akan
tetapi untuk jenis tanah pada pertanaman jeruk tersebut butuh diolah atau
diperbaiki sebab tekstur dari tanah yang di ambil sebagai sample dengan
kedalama solum 20 cm, tanah tersebut lebih bertekstur liat atau lempung
sehingga dalam menyerap air rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Naharsari
(2007), tanah yang cocok yaitu tanah dengan tekstur
gembur berpasir hingga lempung berliat serta cukup humus. Untuk tinggi
rendahnya pH dalam tanah juga berpengaruh terhadap seberapa besar kebutuhan
kapur yang harus di tambahkan dalam tanah, pada pengujian tanah tersebut untuk
rekomendasi kebutuhan kapur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk hingga pH
menjadi netral yaitu kira-kira sekitar ≤
1.000 kg/ha dengan jumlah tetes waktu pengujian sebanyak satu tetes untuk
menjadi netral, sebab pada pengujian pH tanah warnanya orange.
Pada rekomendasi
pemupukan P bahwa hasil analisa yang dihasilkan menyebutkan status hara P pada
tanah jeruk dengan kedalaman solum 20 cm menghasilkan bagan warna non andisol
dan status unsur P sedang. Unsur hara P yang berada dalam tanah liat umumnya
rendah sebab terikat dengan tekstur tanah yang liat, bahan
organik, oksida Fe, Al dan pada tanah dengan pH rendah. Hal tersebut sesuai
dengan pengujian C-organik dalam tanah yang menunjukkan bahwa status
C-organik pada tanah tersebut rendah dengan tinggi busa < 2 cm dengan
rekomendasi 2t/ha. Ketersediaan C-organik dalam tanah juga berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya unsur hara P dalam tanah.
Ketersedian unsur hara P yang cukup dalam tanah dan sesuai dengan
kebutuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap tanaman dalam
proses untuk mensintesa protein serta dalam pembentukan bunga, buah dan biji.
Selain berpengaruh terhadap ketersediaan hara P, C-organik juga berpengaruh
terhadap pH tanah. Pada pH yang rendah ketersedian hara makro sehingga dapat
menyebabkan kekahatan unsur hara bagi tanaman.
Penentuan kadar K dalam tanah
pada praktikum kali ini dapat dilihat bahwa pada status K yang tersedia dalam
tanah dalam kondisi sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari pengujian yang
dilakukan dengan adanya endapan putih yang menyerupai kabut pada larutan tanah
dengan jumlah yang sedikit. Untuk rekomendasi pemupukan K dalam bentuk KCL
kira-kira 75-100 kg KCL/ha. Ketersedian unsur hara K dalam tanah biasanya
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik dan mineral tanah. K merupakan
unsur hara yang mobile sehingga mudah tercuci oleh arus pergerakan air
sehinggan untuk efisiensi pupuk K dalam tanah biasanya rendah.
Untuk rekomendasi pada tanah
yang cocok untuk pertanaman jeruk yang ada di agroteknopark unej dengan
kedalaman solum 20 cm perlu penambahan bahan organik dan sedikit penambahan
kapur. Penambahan bahan organik dalam tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi
tanah dan meningkatkan kesuburan tanah, dilihat dari hasil uji PUTK kandungan
C-organiknya rendah sedangkan umumnya carbon dalam bahan organik ± 58%,
hal tersebut berpengaaruh terhadap siklus N dalam tanah. Untuk dosis pemupukan
P dan K yang sesuai dengan keadaan atau kondisi tanah untuk pertanaman jeruk
tersebut harus berdasarkan pada kondisi tanah atau kandungan K dalam tanah.
Untuk rekomendasi pupu SP-36 berdasarkan ketersediaan P dalam tanah, dosis
pupuk yang harus diberikan pada tanah pertanaman jeruk dalam kisaran 150-175
kg/ha.untuk pemberian pupuk K dalam bentuk KCL yang sesuai dengan kebutuhan
tanah pada tanah pertanaman jeruk yaitu pada kisaran dosis 75-100 kg KCL/ha
sebab kandungan atau kadar K dalam tanahnya sedang.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil
praktikum uji tanah yang dilakukan, diperolah hasil bahwa kadar hara yang terkandung
dalam tanah untuk pertanaman jeruk sesuai dengan pengamatan yang dilakukan :
1.
Kondisi pH pada tanah pertanaman jeruk agak asam (4-5)
2.
Kebutuhan kapurnya sedikit, sebab dalam pengujian hanya
membutuhkan satu tetes untuk menetralkan pH pada tanah tersebut
3.
Kandungan C-organik tanahnya rendah
4.
Status hara P dan K sedang
Sehingga
rekomendasi untuk tanah pertanaman jeruk tersebut perlu untuk di tambahkan
sedikit kapur dan bahan organik untuk meningkatkan hasil produktivitas dari
tanaman jeruk itu sendiri. Selain itu juga untuk memperbaiki kondisi tanah
untuk tanah pertanaman jeruk yang ada di agroteknopark unej.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, M. 2010. Kajian Sifatfisiktanahdan Berbagai
Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Pertanian Mapeta, 12 (2) : 111.
Fiana,
Y., D.N. Purwantiningdyah, dan M. Rizal. 2015. Kajian teknologi pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk
keprok Borneo Prima di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Masy Biodiv Indon, 1(2): 320-322.
Liferdi. 2009. Analisis jaringan daun
sebagai alat untuk menentukan status hara fosfor pada tanaman manggis. Hort. 19(3) : hal 334
Naharsari. N. D., 2007. Bercocok Tanam Jeruk.
Jakarta : Azka Mulia Media.
Nugroho, Yusanto,
2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi Rencana Hutan
Tanaman Industri P.T Prima Multibuwana. Hutan
Tropis Borneo. 10(27) : 222-229.
Prasetyo, B.H dan
Suriadikarta D.A., 2009. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah
Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Litbang Pertanian. 25(2) : 39-44.
Saridevi, G. A.
A. R., I. W. D. Atmaja, Dan I. Made Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Di
Tanah Andisol, Inceptisol, Dan Vertisol, Agroekoteknologi Tropika, 2(4) : 1-2.
Setyorini. D., Nurjaya., Widowati. L. R., Kasno. A.,
2011. Perangkat Uji Tanah Kering.
Bogor : Agro Inovasi.
Sri N. H
dan Suci. H (2003), Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Ilmu Pertanian. 10 (2) : 63-69.
Supangat A.B.,
Supriono H., S. Putu., dan Poedjirahardjoe. E, 2013. Status Kesuburan Tanah
Dibawah Tegakan Evcalyptus Pellita F.
Muell : Studi Kasus di HPHTI P.T Arara Abadi, Riau. Manusia dan Lingkungan. 20 (1) : 22-34.
Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat
Fisik Tanah Pada Hutan Primer, Agroforestri Dan Kebun Kakao Di Subdas Wera
Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso, Warta Rimba, 1(1) : 1-2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar